Dalam lingkup Joglosemar (Jogja – Solo –
Keunikan dari warung ini adalah dimana tidak hanya sebagai tempat masyarakat mencari makanan saja, namun merupakan arena berkumpul untuk membicarakan apapun yang dapat di bahas di sini tanpa perlu memikirkan pedagang akan mengusirnya, walaupun hanya mebeli teh satu gelas. Kenikmatan seperti inilah yang biasanya tidak didapatkan di restauran atau tempat makan lainnya, atas dasar keinginan untuk berbagi dan bersilaturahmi maka terjalinlah keakraban di bawah tenda kuning bernama warung sego kucing, di sini semuanya dapat dibicarakan dan biasanya antara pedagang dan pembeli atau pembeli dan pembeli akan membahas berita yang sedang menjadi pembicaraan umum saat itu, semua dapat berbicara baik pedagang, tukang becak yang ada di sana hingga mahasiswa dan pemuda-pemudi yang berwawasan luas.
Setting di kucingan diyakini memiliki pengaruh terhadap budaya guyub yang di hasilkan dari kegiatan berkumpul dan makan di kucingan ini, banyaknya pengunjung yang duduk didepan gerobak yang menyediakan makanan akan terasa intim ketika duduk saling berhimpit dengan konsumen lainnya, mengambil makanan dan dekatnya pedagang dengan konsumen menimbulkan interaksi yang kadang sulit di dapatkan di lain tempat.
Sumber : Dokumentasi Peneliti 2008
Menurut penuturan pedagang kucingan, mereka berdagang tujuannya untuk menambah persaudaraan, menyediakan tempat bagi pengunjung yang ingin makan murah dan lengkap, dengan modal senyuman semuanya bisa menjadi akrab dan guyub.
salam... tunggu artikel dengan judul yang sama bagian ke - 2