Sabtu, 23 Agustus 2008

alun-alun kota Rembang

Pada umumnya kota-kota di pantai utara, kota Rembang memiliki alun-alun kota untuk berkegiatan masyarakatnya. Letaknya berada pada pusat kota Rembang, bersebelahan dengan jalur utama pantura sehingga bagi orang yang melalui jalur pantura menuju ke Surabaya atau menuju ke Semarang maka alun-alun ini dengan mudah dilihat.

Kondisi eksisting alun-alun saat ini dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang masih berfungsi dengan baik, yaitu:

  • Pada sisi barat terdapat masjid agung Rembang, rumah penduduk, dan pertokoan kecil.
  • Pada sisi timur terdapat sekolah dasar dan rumah-rumah penduduk.
  • Pada sisi selatan alun-alun terdapat bangunan pemerintahan (kantor bupati / kabupaten) dan sekolah dasar.
  • Pada sisi utara terdapat terminal kota Rembang, perumahan penduduk, bangunan kantor pemerintah, dan pertokoan.
Seperti halnya sebuah alun-alun kota, kawasan ini dipenuhi dengan kegiatan masyarakatnya berupa ruang perdagangan dan ruang beraktifitas (olahraga, panggung hiburan, dan arena bermain anak). Waktu berkegiatan pada kawasan ini cenderung dilakukan dari pagi hingga siang hari dan sore hingga malam hari.

Kegiatan yang paling dominan pada malam hari adalah perdagangan sektor informal, berupa pedagang kuliner dan wahana permainan anak-anak, kegiatan ini berlangsung setiap harinya. Tidak ada segmentasi pada perdagangan ini semuanya berbaur menjadi satu, hanya ada satu jenis dagangan yang berkumpul membentuk satu segmen yaitu pedagang lontong tuyuhan yang berjejer tidak menyebar seperti pedagang lainnya.

Keberadaan pedagang-pedagang ini memang menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yag berkunjung di kota Rembang ini, biasanya orang-orang yang transit dari perjalanan jauh merasa senang ketika berada di kawasan ini karena mudah mendapatkan makanan pada satu tempat saja atau dapat di istilahkan one stop kuliner center.

Seperti pada kebanyakan wilayah, dimana ada pedagang dan menempati ruang publik maka di tempat tersebut berpotensi terjadi masalah, hal inilah yang seharusnya patut di cermati karena jika tidak di tata akan menimbulkan masalah yang lebih besar. Pada alun-alun kota Rembang ini, beberapa pedagang memanfaatkan jalur pejalan kaki pada kawasan alun-alun secara berlebihan yang mengakibatkan pejalan kaki yang melewatinya terpaksa turun ke jalan atau masuk ke lapangan. Kondisi ini menjadikan orang yang berjalan untuk menikmati kawasan alun-alun menjadi tidak nyaman karena okupasi pedagang.

Mungkin beberapa hal patut diperhatikan agar potensi positif yang timbul dari adanya ruang publik akan selalu terpelihara, saling bersinergi antara pelaku kegiatan, pengunjung, penikmat serta regulasi yang diterapkan.



Jumat, 08 Agustus 2008

PESONA SEMARANG TUGU MUDA

Suatu kawasan didominasi oleh bangunan-bangunan kuno kota Semarang, merupakan node jalur pemerintahan kota lama yang dihubungkan dengan Bodjong weg dengan menuju kawasan kota lama.

Pertempuran lima hari di Semarang sebagai latar belakang berdirinya monumen ini, di awali dari Koordinasi Pemuda Indonesia pada tanggal 20 Nopember 1949 yang terlaksana pada tanggal 31 Oktober 1951 oleh prakarsa walikota Semarang Bp. Hadi Soebono Sasrowardoyo dengan membentuk panitian Tugu Muda, dan pada tanggal 10 Nopember 1951 dilakukan perletakan batu pertama oleh Gubernur Boediono dan diresmikan pada tanggal 20 Mei 1953 oleh presiden Soekarno.

Dalam konteks kekinian, kawasan ini menjadi daerah yang menarik untuk dikunjungi masyarakat, potensi kawasan yang dilingkupi bangunan kuno ini menjadikan kawasan ini menimbulkan kesan Semarangan yang kuat.

Bangunan-bangunan yang melingkupi kawasan ini adalah:

- Lawang Sewu

- Gereja Katedral

- Museum Mandala Bakti

- Wisma perdamaian

- Bangunan pasar Bulu

- Gedung Pandanaran

Potensi terpendam dari kawasan ini nampaknya belum menjadi daya tarik masyarakat yang berlalu lalang, sebelum singgah untuk memasuki kawasan ini memang tidak terbangun suasana yang menyenangkan, namun coba untuk memasuki kawasan tugu muda ini, akan timbul rasa yang tidak mudah untuk di dapat pada kawasan lainnya. Dengan nilai historis yang tinggi memang seharusnya tercipta citra kawasan yang jadul atau bahkan mungkin heroik.

Pada kawasan ini merupakan daerah pusat kota Semarang yang mudah diakses dari segala penjuru jalan, pada bagian selatan dapat dicapai melalui jalan Dr. Sutomo atau yang lebih dikenal dengan sebutan kalisari, pada jalur timur dapat diakses dari jalan Pandanaran dan jalan Pemuda, untuk akses dari barat dapat melalui jalan MGR. Sugiyopranoto, dan dari arah utara dapat melalui jalan Imam Bonjol.

Aset wisata lokal adalah mutiara yang seharusnya di pelihara, di rawat dan di kunjungi supaya khasanah budaya kita tetap terjaga dan jauhkan sifat vandalisme sebagai upaya menjaga keutuhan aset wisata yang tidak ternilai harganya.

Salam hangat dari warga Semarang